Dituduh Coba Bunuh Soekarno Tapi Tak Pernah Terbukti, Kisah Intelijen Indonesia yang 'Berlapis Topeng'
Sosok misterius ini belajar intelijen pertama kali saat ke Singapura. Tak ada yang mengetahui kerja-kerja intelijennya.
Jika berhasil tidak dipuji, jika gagal dicaci maki. Jika hilang, tidak akan dicari, dan jika mati, tidak ada yang mengakui. Itulah kira-kira gambaran dari seorang intelijen.
Seorang intelijen harus menjaga kerahasiaannya dan belajar menjadi sosok yang misterius.
Ada beberapa intelijen Indonesia dari TNI yang legendaris.
Pada 1980-an, ada Ali Moertopo dan Benny Moerdani, kemudian Yoga Soegomo. Pada 1990-an muncul AM Hendropriyono dan sederet nama lainnya, yang merupakan didikan TNI.
Jauh sebelum nama-nama itu naik, pada generasi awal, zaman terbentuknya badan intelijen di Indonesia, ada nama Kolonel Zulkifli Lubis.
Intelijen legendaris ini merupakan cikal bakal terbentuknya badan intelijen di Indonesia.
Zulkifi Lubis memiliki kemampuan tinggi bidang intelijen, tatkala Indonesia masih dalam masa pascakemerdekaan.
Kisah intelijen yang kuat menutupi jati diri adalah Kolonel Zulkifli Lubis.
Jauh sebelum Benny Moerdani, Kolonel Zulkifli Lubis telah ditunjuk sebagai komandan intelijen pertama di Badan Istimewa (BI).
Lahir: Banda Aceh, 26 Desember 1923
Meninggal: Jakarta, 23 Juni 1993
Jabatan: Pejabat KSAD pada 1955, Ketua Badan Intelijen pertama di Indonesia.
Pertengahan 1944, Zulikfli Lubis diajak Rokugawa (bekas komandan Seinen Dojo) ke Malaysia dan Singapura. Di sana dia berkenalan dengan Mayor Ogi, yang wajahnya mirip dengan orang Barat dan pandai berbahasa Perancis.
Perwira intelijen Jepang yang tinggal satu kamar dengan Zulkifli Lubis itu sering bercerita mengenai pengalamannya melakukan kegiatan intelijen di Vietnam.
Zulkifli Lubis beruntung karena ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang berada di kota Singa itu memperoleh kesempatan untuk mempelajari dunia intelijen dalam praktik dengan bimbingan dari Rokugawa.
Zulkifli dan Rokugawa senantiasa melapor kepada komandan Jepang untuk wilayah Asia Tenggara di Singapura. Di Singapura inilah Fujiwara Kikan, sebuah badan rahasia Jepang untuk Asia Tenggara yang tersohor beroperasi.
Ketika kemudian Zulkifli Lubis berada di Kuala Lumpur, dia memperoleh kesempatan mengenai dunia intelijen lebih mendalam. Rokugawa mengajari Zulkifli mengenai bagaimana caranya mengetahui jumlah penduduk dalam satu kota atau mengetahui apakah rakyat itu anti atau pro Jepang.
Jika berhasil tidak dipuji, jika gagal dicaci maki. Jika hilang, tidak akan dicari, dan jika mati, tidak ada yang mengakui. Itulah kira-kira gambaran dari seorang intelijen.
Seorang intelijen harus menjaga kerahasiaannya dan belajar menjadi sosok yang misterius.
Ada beberapa intelijen Indonesia dari TNI yang legendaris.
Pada 1980-an, ada Ali Moertopo dan Benny Moerdani, kemudian Yoga Soegomo. Pada 1990-an muncul AM Hendropriyono dan sederet nama lainnya, yang merupakan didikan TNI.
Jauh sebelum nama-nama itu naik, pada generasi awal, zaman terbentuknya badan intelijen di Indonesia, ada nama Kolonel Zulkifli Lubis.
Intelijen legendaris ini merupakan cikal bakal terbentuknya badan intelijen di Indonesia.
Zulkifi Lubis memiliki kemampuan tinggi bidang intelijen, tatkala Indonesia masih dalam masa pascakemerdekaan.
Kisah intelijen yang kuat menutupi jati diri adalah Kolonel Zulkifli Lubis.
Jauh sebelum Benny Moerdani, Kolonel Zulkifli Lubis telah ditunjuk sebagai komandan intelijen pertama di Badan Istimewa (BI).
Lahir: Banda Aceh, 26 Desember 1923
Meninggal: Jakarta, 23 Juni 1993
Jabatan: Pejabat KSAD pada 1955, Ketua Badan Intelijen pertama di Indonesia.
Pertengahan 1944, Zulikfli Lubis diajak Rokugawa (bekas komandan Seinen Dojo) ke Malaysia dan Singapura. Di sana dia berkenalan dengan Mayor Ogi, yang wajahnya mirip dengan orang Barat dan pandai berbahasa Perancis.
Perwira intelijen Jepang yang tinggal satu kamar dengan Zulkifli Lubis itu sering bercerita mengenai pengalamannya melakukan kegiatan intelijen di Vietnam.
Zulkifli Lubis beruntung karena ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang berada di kota Singa itu memperoleh kesempatan untuk mempelajari dunia intelijen dalam praktik dengan bimbingan dari Rokugawa.
Zulkifli dan Rokugawa senantiasa melapor kepada komandan Jepang untuk wilayah Asia Tenggara di Singapura. Di Singapura inilah Fujiwara Kikan, sebuah badan rahasia Jepang untuk Asia Tenggara yang tersohor beroperasi.
Ketika kemudian Zulkifli Lubis berada di Kuala Lumpur, dia memperoleh kesempatan mengenai dunia intelijen lebih mendalam. Rokugawa mengajari Zulkifli mengenai bagaimana caranya mengetahui jumlah penduduk dalam satu kota atau mengetahui apakah rakyat itu anti atau pro Jepang.
Setelah belajar intelijen di luar negeri, Zulkifli kembali ke Tanah Air. Ia melibatkan diri dalam rencana Jepang untuk membentuk kelompok-kelompok intelijen di berbagai tempat di Jawa sebagai pasukan gerilya untuk menghadapi pasukan Sekutu jika kelak mendarat.
Setelah Jepang menyerah, Sekutu pun mendarat dan tidak mendapat perlawanan yang berarti sebagaimana mestinya dari kelompok intelijen yang diorganisir oleh Zulkifli Lubis.
Sosok kontroversi
Daan Mogot, bekas rekannya yang belajar bersama di Seinen Dojo di Tangerang pada era penjajahan Jepang, tidak pernah yakin Lubis berada di balik Peristiwa Cikini.
Ia justru menduga ada rekayasa yang dilakukan oleh pihak tertentu sebagai tindak lanjut pelaksanaan Piagam Yogya.
"Dengan meletusnya teror Cikini, perundingan menjadi mentah. Sebaliknya, radikalisme semakin merangsang semua pihak yang selama itu baru dalam tahap berbeda pendapat," demikian kata Daan Mogot.
"Masa seluruh pelaku teror tersebut dalam sehari semuanya sudah bisa digulung? Mana mungkin kalau bukan hasil rekayasa...," lanjut dia.
Kerahasiaan kunci keberhasilan
Dalam dunia intelijen, kerahasiaan merupakan kunci keberhasilan BIN di dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam mengamankan negara.
Ketika kedok seorang agen terbongkar dan misinya diketahui pihak lain, dapat dikatakan agen itu gagal.
Sebuah operasi intelijen yang baik dalam mencari informasi dan mengolahnya sebagai laporan yang baik.
Seorang agen yang andal tak hanya mencari informasi di media massa. Dia akan pergi melakukan cek, ricek, dan kroscek mengenai kabar kebenarannya.
Selain itu, kemampuan analisis merupakan hal yang tak kalah penting yang harus dimiliki seorang personel, selain kewajibannya dalam menjaga kerahasiaan. Selain itu, penting juga kecepatan dan keberanian seorang personel dalam mengambil keputusan.
Berikut ini pergantian nama organisasi intelijen negara dari 1946-sekarang:
BRANI (Badan Rahasia Negara Indonesia)
BKI (Badan Koordinasi Intelijen)
BPI (Badan Pusat Intelijen)
KIN (Komando Intelijen Negara)
BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Negara)
BIN (Badan Intelijen Negara)
Kisah-kisah pasukan elite TNI dan intelijen Indonesia dapat dibaca di Tribunjambi.com.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Dituduh Coba Bunuh Soekarno Tapi Tak Pernah Terbukti, Kisah Intelijen Indonesia 'Berlapis Topeng', http://jambi.tribunnews.com/2019/02/15/dituduh-coba-bunuh-soekarno-tapi-tak-pernah-terbukti-kisah-intelijen-indonesia-berlapis-topeng?page=4.
Editor: duanto
0 Response to "Dituduh Coba Bunuh Soekarno Tapi Tak Pernah Terbukti, Kisah Intelijen Indonesia yang 'Berlapis Topeng'"
Posting Komentar