Saat Kelompok Kriminal Bersenjata Bermunculan di Papua, Warga Marga Kogoya Justru Mengikrarkan Diri Masuk NKRI
Kasus pembunuhan 31 pekerja PT. Istaka Karya oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua berbuntut panjang.
Salah satunya mendorong stereotip atau pelabelan terhadap marga Kogoya.
Diberitakan oleh GridHot.ID sebelumnya, pimpinan KKB adalah Egianus Kogoya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Staf Khusus Presiden kelompok kerja Papua, Lennys Kogoya pun angkat bicara.
Dilansir dari Kompas.com, ia meminta masyarakat jangan memberikan cap kepada warga Papua bermarga Kogoya.
"Jangan dicap semua (warga Papua bermarga) Kogoya itu adalah pemberontak. Karena gara-gara dia (Egianus Kogoya), semua warga marga Kogoya itu jadi terbawa-bawa," ujar Lennys ketika dijumpai di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/12/2018).
Justru Lennys mengungkap fakta yang cukup menarik.
Ia mengatakan bahwa tetua marga Kogoya ikut serta dalam mempertahankan NKRI.
Bahkan para tetua ikut memelopori penyerahan senjata ke tentara.
Saat kelompok kriminal bersenjata bermunculan di Papua, warga marga Kogoya justru mengikrarkan diri menjadi warga negara Indonesia.
"Kogoya itu pernah menyerahkan senjata hampir 100 orang. Itu hanya Kogoya yang bisa bikin. Dari perbatasan semua senjata diserahkan. Lalu mereka menyatakan sikap (masuk ke NKRI)," kata Lennys.
"Lalu di Puncak Jaya, OPM mau masuk, saya pendekatan ke mereka, lalu orang Kogoya membuat pernyataan sikap untuk masuk ke NKRI. Kami marga Kogoya kontribusi untuk negara ini sangat besar. Karena kami punya orangtua pejuang," lanjut dia.
Ia sekaligus mengecam perbuatan Egianus Kogoya yang telah menodai nama baik marga Kogoya dengan melancarkan aksi kekerasan.
"Kalau mereka mengaku Kogoya, boleh-boleh saja. Tapi memang Kogoya itu di mana-mana, dan di gunung-gunung itu tersebar. Sudahlah, jangan bawa-bawa nama Kogoya terus di gunung sana," lanjut Lennys.
Diberitakan, kelompok bersenjata di Papua, Minggu (2/12/2018), pimpinan Egianus Kogoya membunuh 20 orang Kabupaten Nduga.
Para korban terdiri dari 19 pekerja proyek Trans Papua, tepatnya jembatan Kali Yigi-Kali Aurak dan 1 orang personel TNI.
Baca Juga : Istri Korban Pembantaian Papua Ungkap Percakapan Terakhirnya dengan sang Suami, Sempat Melarang Ikut ke Nduga
Kepolisian RI menyebutkan, lokasi penembakan pekerja PT Istaka Karya, di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua awalnya merupakan daerah yang aman.
Namun, situasi berubah setelah kelompok separatis Egianus Kogoya bersama pengikutnya menghuni distrik tersebut.
Kepala Divisi Humas Polri Brigjen (Pol.) Mohammad Iqbal mengatakan, kelompok separatis Egianus Kogoya bersama pengikutnya pindah ke Distrik Yigi karena terdesak kejaran TNI-Polri dari Distrik Kenyam, Nduga.
Sejak itu, Distrik Yigi masuk dalam kategori zona merah dari sisi keamanan.
"(Kepindahan Egianus dan kelompoknya) karena dikejar pasukan TNI-Polri dari Kenyam, Kabupaten Nduga sehingga lokasi insiden penembakan adalah zona merah," ujar Iqbal, melalui keterangan tertulis, Kamis (6/12/2018).
Salah satunya mendorong stereotip atau pelabelan terhadap marga Kogoya.
Diberitakan oleh GridHot.ID sebelumnya, pimpinan KKB adalah Egianus Kogoya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Staf Khusus Presiden kelompok kerja Papua, Lennys Kogoya pun angkat bicara.
Dilansir dari Kompas.com, ia meminta masyarakat jangan memberikan cap kepada warga Papua bermarga Kogoya.
"Jangan dicap semua (warga Papua bermarga) Kogoya itu adalah pemberontak. Karena gara-gara dia (Egianus Kogoya), semua warga marga Kogoya itu jadi terbawa-bawa," ujar Lennys ketika dijumpai di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/12/2018).
Justru Lennys mengungkap fakta yang cukup menarik.
Ia mengatakan bahwa tetua marga Kogoya ikut serta dalam mempertahankan NKRI.
Bahkan para tetua ikut memelopori penyerahan senjata ke tentara.
Saat kelompok kriminal bersenjata bermunculan di Papua, warga marga Kogoya justru mengikrarkan diri menjadi warga negara Indonesia.
"Kogoya itu pernah menyerahkan senjata hampir 100 orang. Itu hanya Kogoya yang bisa bikin. Dari perbatasan semua senjata diserahkan. Lalu mereka menyatakan sikap (masuk ke NKRI)," kata Lennys.
"Lalu di Puncak Jaya, OPM mau masuk, saya pendekatan ke mereka, lalu orang Kogoya membuat pernyataan sikap untuk masuk ke NKRI. Kami marga Kogoya kontribusi untuk negara ini sangat besar. Karena kami punya orangtua pejuang," lanjut dia.
Ia sekaligus mengecam perbuatan Egianus Kogoya yang telah menodai nama baik marga Kogoya dengan melancarkan aksi kekerasan.
"Kalau mereka mengaku Kogoya, boleh-boleh saja. Tapi memang Kogoya itu di mana-mana, dan di gunung-gunung itu tersebar. Sudahlah, jangan bawa-bawa nama Kogoya terus di gunung sana," lanjut Lennys.
Diberitakan, kelompok bersenjata di Papua, Minggu (2/12/2018), pimpinan Egianus Kogoya membunuh 20 orang Kabupaten Nduga.
Para korban terdiri dari 19 pekerja proyek Trans Papua, tepatnya jembatan Kali Yigi-Kali Aurak dan 1 orang personel TNI.
Baca Juga : Istri Korban Pembantaian Papua Ungkap Percakapan Terakhirnya dengan sang Suami, Sempat Melarang Ikut ke Nduga
Kepolisian RI menyebutkan, lokasi penembakan pekerja PT Istaka Karya, di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua awalnya merupakan daerah yang aman.
Namun, situasi berubah setelah kelompok separatis Egianus Kogoya bersama pengikutnya menghuni distrik tersebut.
Kepala Divisi Humas Polri Brigjen (Pol.) Mohammad Iqbal mengatakan, kelompok separatis Egianus Kogoya bersama pengikutnya pindah ke Distrik Yigi karena terdesak kejaran TNI-Polri dari Distrik Kenyam, Nduga.
Sejak itu, Distrik Yigi masuk dalam kategori zona merah dari sisi keamanan.
"(Kepindahan Egianus dan kelompoknya) karena dikejar pasukan TNI-Polri dari Kenyam, Kabupaten Nduga sehingga lokasi insiden penembakan adalah zona merah," ujar Iqbal, melalui keterangan tertulis, Kamis (6/12/2018).
BERITA LENGKAP DI HALAMAN BERIKUTNYA
Halaman Berikutnya
0 Response to "Saat Kelompok Kriminal Bersenjata Bermunculan di Papua, Warga Marga Kogoya Justru Mengikrarkan Diri Masuk NKRI"
Posting Komentar